WHEN THE
WIND OF CHANGE BLOWS, SOME PEOPLE BUILD THE WALL, OTHERS BUILD THE WINDMILLS
(Pada saat
angin berhembus ada yang membangun tembok, ada yang membangun kincir angin)
Kehidupan
itu selalu diwarnai dengan keseimbangan antara dua kondisi opposite, siang dan
malam, kemarau dan hujan, panas dan dingin, kesedihan dan kebahagiaan, tantangan
dan peluang.
Dan
tentunya kita tidak bisa mengontrol kapankah musibah, kesedihan atau challenges
akan datang di dalam hidup kita.
Yang kita
bisa kontrol adalah bagaimana kita bereaksi menghadapi apa yang menimpa hidup
kita.
Sayangnya
banyak yang tidak bisa mengontrol dua-duanya. Jadi mereka hanya bisa meratapi
nasib pada saat musibah datang. Dan menyerah pada keadaan.
Padahal
seharusnya yang dilakukan adalah mengubah tantangan menjadi peluang, mengubah
challenge menjadi opportunity, dan mengubah musibah menjadi ujian atau
kesempatan.
Sulit?
Pasti.
Mungkin?
Sangat mungkin.
Apakah
harus menyerah? Jangan pernah!
Kita simak
kisah perjuangan kehidupan di bawah ini ....
Sebut saja
namanya Shinta (bukan nama sebenarnya).
Pada saat
lulus dari ITB, dia lebih suka berfokus menjadi ibu rumah tangga mendorong
kemajuan karier dan pendidikan suami dan kedua anak lelakinya.
Shinta
fikir semua berjalan dengan lancar dan hidupnya seperti sungai yang mengalir
tenang, yang diimpikannya.
Suddenly
.... semuanya tiba tiba berganti.
Suaminya
didiagnosa gagal ginjal, harus cuci darah secara regular, dengan biaya ratusan
juta.
Shinta
tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
Apalagi
jumlah tabungan tentunya tidak akan pernah mencukupi biaya ratusan juta yang
dia perlukan untuk pengobatan suaminya.
Shinta
berada di titik terendah kehidupannya.
Anda pikir
Shinta akan putus asa?
You think
she will give up?
Nooooooo.
You don't
know her yet.
Sebagai
sarjana Astronomi, Shinta memang tidak pernah bekerja sesuai dengan bidang yang
dipelajarinya.
Tetapi
sejak kuliah dia sering mengarang bahkan menterjemahkan buku buku berbahasa
Inggris.
Dan pada
saat keadaan memaksa, Shinta pun mengubah jalan hidup dan prioritasnya. Dia pun
semakin menggiatkan kegiatan menulisnya, termasuk menulis buku tentang
perjuangannya untuk mendampingi dan mengobati suaminya di kala sakit.
Kemudian
Shinta pun mulai bekerja kantoran di sebuah perusahaan, menimba kariernya,
bekerja keras, menjadi tulang punggung keluarga sampai akhirnya dipercaya
perusahaannya menjadi CEO.
Wow ! Wow!
Wow!
Banyak
wanita yang setelah kuliah, memilih bekerja kantoran, mengembangkan karier,
tapi banyak yang tidak akan pernah menjadi CEO.
Shinta
yang baru memikirkan untuk memulai kariernya setelah suaminya sakit keras
(karena harus menjadi tulang punggung keluarga), akhirnya justru dengan kerja
keras dan tekadnya malah menjadi CEO.
Apa yang
kita bisa pelajari dari Shinta?
Bahwa
masalah atau musibah itu menimpa kita suatu saat? Kita sama sekali tidak bisa
mengontrolnya.
Sama
sebenarnya seperti sebuah perubahan.
Perubahan
itu tidak bisa dikontrol.
Yang kita
bisa kontrol adalah sikap kita menghadapinya.
Ada
pepatah yang mengatakan, pada saat kita berlayar seringkali kita tidak bisa
mengontrol angin yang datang.
Tapi kita
bisa mengontrol layar perahu kita (seberapa tinggi dan arahnya menghadap ke
mana).
Di sinilah
terjadi the real test of a winner, apakah anda terus berjuang menghadapi krisis
itu dan berakhir sebagai pemenang?
Atau
apakah anda menyerah, dan meratapi nasib dan berakhir sebagai pecundang?
The choice
is yours.
Ada
pepatah lain yang mengatakan ...
pada saat
angin kencang berhembus , ada yang sibuk membuat tembok (dan bertahan melawan
perubahan), ada yang sibuk membuat kincir angin (menggunakan perubahan sebagai
kesempatan untuk melakukan perbaikan).
Kalau anda
memutuskan untuk membuat tembok (dan bertahan melawan perubahan), percayalah
tidak akan ada tembok yang kuat melawan perubahan. Cepat atau lambat tembok
anda akan runtuh juga.
Jadi
satu-satunya alternative yang anda bisa lakukan adalah membangun kincir angin
pada saat angin itu datang.
Kincir
angin tidak dibangun untuk membendung atau melawan angin.
Kincir
angin dibangun untuk menggunakan angin yang datang sebagai opportunity untuk
melakukan continuous improvement. Yang keren adalah, semakin besar anginnya ,
semakin besar impact yang dihasilkan oleh kincir angin.
Ternyata
itu yang seharusnya kita lakukan pada saat perubahan itu terjadi.
Bukannya
meratapi atau melawan, tapi justru menggunakan perubahan itu sebagai kesempatan
bagi kita.
Seperti
halnya Shinta yang justru setelah mengalami musibah itu justru berjuang keras,
mengembangkan kariernya sampai akhirnya malah menjadi CEO!
How about
you?
What do
you do during the change?
Meratap?
Melawan? atau menggunakan perubahan sebagai kesempatan untuk melakukan
perbaikan?
The choice
is yours!
Apa yang
bisa kita lakukan?
1) BE
PREPARED, HAVE A CONTANGENCY PLAN
Apapun
yang anda lakukan, bersiaplah!
Kalau
sekarang lagi kemarau, kita tahu bahwa hujan akan datang. Kalau sekarang laut
lagi tenang, kita tahu bahwa badai akan datang. Whatever you do, wherever you
are, be prepared! What if our strength is not relevant? What if we don't know
what we don't know? What if whetever we knew were wrong?
Have a
plan B. Have a contingency plan!
So you can
always be ready, no matter what happen.
2) WHEN
THINGS HAPPEN, FOCUS ON WHAT YOU CAN DO
Pada saat
badai benar benar datang, pada saat perubahan tiba, jangan meratap, jangan
melawan. Fokus pada apa yang bisa anda lakukan, dan jangan memikirkan sesuatu
yang hanya bisa anda cemaskan.
3)
WHATEVER HAPPEN, DONT LET THEM DISTRACT YOU FROM ACHIEVING YOUR PLAN
You just
need a different route to still achieve the same objectives
Ingat,
anda punya tujuan hidup, cita-cita, atau mimpi yang ingin anda raih.
Anda harus
tetap mencapai cita cita itu.
Jangan
membiarkan perubahan itu menghalangi anda untuk mencapai cita cita anda.
Perubahan
itu hanya membuat anda harus melalui rute yang berbeda, yang siapa tahu,
ternyata malah lebih cepat dari rute yang tadinya anda rencanakan.
4)
SURROUND YOURSELF WITH POSITIVE ENERGY from Family and Friends
Dunia
berubah begitu cepat. Kadang-kadang itu bisa
membuat
mental anda lelah, capek dan stress.
Tinggalkan
negative mentality, jauhi mereka.
Jauhi
teman teman anda yang hanya menimbulkan suasana negative ke anda. Delete WA
group anda yang negative. Un-friend teman teman anda di Facebook yang tidak
membawa pengaruh positive kepada anda.
Dekati
suasana, lingkungan, keluarga, teman, group yang membawa pengaruh positive
kepada anda.
You are
the average of 5 people that you meet more often.
5)
CONTINUE TO SHARPEN THE SAW
Terusknlah
mengasah kompetensi anda karena kompetensi anda akan menjadi andalan anda untuk
stay competitive di masa depan.
Ingat baik
baik, tidak ada gunanya melawan sebuah perubahan (dan membangun tembok),
sebaiknya anda menggunakan perubahan sebagai opportunity untuk melakukan
perbaikan, dan bangunlah kincir angin pada saat angin besar datang menerpa!
Salam
Hangat
Pambudi
Sunarsihanto
Posted By : Kantor Akuntan Publik Kuncara
KKSP Jakarta
2017
Komentar
Posting Komentar