Langsung ke konten utama

Teknik Mendeteksi Kecurangan Dalam Audit 
Ahmad Try Handoko
tree_PH@yahoo.com 
Universitas Islam Indonesia 

Teknik mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Critical Point Auditing (CPA) Setiap perusahaan pasti memiliki titik rawan yang sering digunakan sebagai tempat terjadinya kecurangan. Apabila kecurangan terjadi pada titik tersebut, akan dengan mudah diketahui. Namun, dalam banyak hal keberhasilan suatu kecurangan lebih banyak disebabkan kepandaian pelaku dalam menyembunyikan kegiatannya diantara transaksi-transaksi yang ada. CPA merupakan suatu teknik dimana melalui pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi. Hasilnya berupa gejala atau kemungkinan terjadinya kecurangan yang pada gilirannya mengarah kepada penyelidikan yang lebih rinci. Metode ini dapat digunakan pada setiap perusahaan. Semakin akurat dan komprehensif suatu catatan, maka semakin efektif teknik ini dalam mengetahui gejala kecurangan.

Critical Point Auditing ini adalah :

a. Analisis Tren 
Pengujian ini terutama dilakukan atas kewajaran pembukuan pada rekening buku besar dan menyangkut pula pembandingannya dengan data sejenis untuk periode sebelumnya maupun dengan sejenis dari cabang-cabang perusahaan. Data-data yang digunakan biasanya berupa : Rekening Buku Besar, Neraca, dan Anggaran. Pembandingan dengan periode sebelumnya dapat diarahkan untuk : - mendapatkan gejala manipulasi yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan yang melakukan kecurangan. - mendeteksi kemungkinan adanya kerugian kecurangan. Dampak atas kecurangan yang didasarkan atas analisis rasio dan kinerja adalah hal yang penting untuk diamati lebih lanjut. Seorang pelaku kecurangan tidak dapat menjamin bahwa tindakannya dapat dilakukan erus menerus secara teratur. Pelaku tersebut mungkin cukup agresif, namun jika pengawasan ditingkatkan atau jika prosedur ataupun pengendalian yang efektif diterapkan, kecurangan akan dapat dideteksi. Para pelaku kecurangan tersebut membutuhkan waktu dan usaha untuk menciptakan kesempatan yang baru. Dengan adanya ketidakteraturan dalam kesempatan untuk melakukan kecurangan, maka memberi dampak tehadap ketidakkonsistenan pelaku kecurangan dalam melakukan kecurangan tersebut akan nampak dalam pembukuan perusahaan.

b. Pengujian Khusus 
Pengujian khusus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya kecurangan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti: 

Pembelian 
Kecurangan pembelian umumnya dilakukan dengan cara meninggikan nilai yang terdapat dalam faktur. Dalam setiap kecurangan pembelian, hamper selalu terdapat pengkreditan yang salah pada rekening kreditur. Cara lain yang dilakukan adalah dengan melakukan pembelian fiktif. Hutang yang timbul kemudian dilunasi oleh perusahaan, bukan kepada pemasok, namun kepada pelaku kecurangan. Walaupun rekening dapat dibukukan, namun pelaku kecurangan tidak mampu menyiapkan bukti pendukung yang lengkap. Oleh karena itu, pengujian pertama yang sangat penting adalah untuk meyakinkan keabsahan pemasok. Langkah_langkah yang dapat digunakan untuk meykinkan keabsahan tersebut adalah : - Membandingkan data pemasok dengan data karyawan perusahaan, tentang alamat dan nomor teleponnya. Pengujian ini berguna untuk mengetahui apabila karyawan menciptakan pemasok fiktif dengan menggunakan alamat karyawan tersebut atau alamat kerabatnya untuk menerima pengiriman uang dari perusahaan. - Teliti nama perusahaan tempat karyawan bekerja sebelumnya. Bandingkan data perusahaan tersebut denagan data rekanan perusahaan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinana karyawan melakukan kolusi dengan karyawan tempat dia bekerja sebelumnya. - Periksa beberapa rekanan yang mengajukan penawaran kepada perusahaan, dan teiti hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pngujian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya tender yang hanya diikuti rekanan yang mempunyai keterkaitan satu sama lain. - Teliti faktur pembelian, apabila memenuhi unsur berikut, perlu diteliti lebih lanjut :
Tidak terdapat nomor telepon
Faktur pembeliannya bukan faktur asli
Faktur tidak dikirim melalui pos
Tidak terdapat rincian barang-barang yang dibeli (selain kode barang). - Verifikasi buku besar
Perhatikan rekening hutang yang muncul setelah penunjukan pejabat perusahaan yang baru, khususnya yang menangani pembelian. Tidak jarang, pejabat memilih pemasok yang telah dikenalnya (kemungkinan karena ada hubungan istimewa)
Bandingkan buku pembelian tahun berjalan dengan tahun sebelumnya, perhatikan hal-hal berikut ini : Rekening-rekening yang dihapuskan, Rekening yang baru, Kecenderungan (trend) yang tidak wajar atas suatu rekening, Pengkreditan atas suatu rekening selain dari barang yang diterima dan pendebetan selain kas.
Periksa tingkat kewenangan pejabat dalam melakukan pambelian dan menyetjui faktur. Perhatian harus diarahkan pada kemungkinan memecah pembelian menjadi beberapa pesanan.
Lakukan uji-petik terhadap beberapa kontrak, terutama dari pemasok yang barangbarangnya dibeli tanpa ada harga resminya. Perhatikan hal-hal berikut ini : Barang dibeli dari pemasok yang bukan merupakan kegiatan bisnisnya, Pembelian tanpa melalui penawaran yang kompetitif, Mutu barang dibawah standar, Adanya perubahan harga dan/atau perpanjangan waktu, Harga kontrak sedikit dibatas ataas (plafon anggaran). Apabila dari hasil pengujian terdapat indikasi adanya kecurangan, langkah berikut harus dilakukan : - Teliti kepemilikan perusahaan yang memenagkan tender - Teliti kepemilikan perusahaan yang kalah dalam tender 
Penjualan dan Pemasaran 
Kecurangan dalam aktivitas ini biasanya dilakukan dengan seolah-olah terjadi penjualan yang diikuti dengan pengiriman barang namun tanpa pendebetan pada rekening debitur. Kebalikan dengan pembelian, verifikasi atas penjualan dilakukan melalui penelitian atas sumber dokumen. Selanjutnya yakinkan bahwa transaksi tersebut dibukukan dalam rekening yang tepat. Uraian lengkap pengujian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : - Lakukan pengujian terhadap pembeli yang memperoleh harga terendah/memperoleh potongan harga (discount) paling besar - Teliti saldo piutang yang melampaui plafon kredit - Teliti pembayaran/pelunasan piutang yang melampaui batas waktu tertentu - Lakukan analisis atas pesanan penjualan, catatan gudang dan faktur, selanjutnya bandingkan antara ketiganya - Teliti pngiriman barang contoh ke gudang/cabang atau pengiriman barang kepada pihak ketiga tersebut. Prosedur ini dimaksudkan untuk mendeteksi kemungkinan penyalahgunaan pengiriman barang sampel - Teliti nota kredit untuk barang-barang yang dikembalikan (diretur) dan bandingkan dengan penerimaan barangnya (di gudang) - Teliti surat menyurat berkaitan dengan transaksi pembelian. Perhatikan keluhan konsumen, seperti kesalahan dalam faktur dan sebagainya. Trasir keluhan-keluhan tersebut kepada barang yang dipesan, pengiriman barang, dan faktur penjualan - Teliti catatan pelunasan piutang ke rekening yang bersangkutan. Trasir ke buku kasnya dan slip pembayaran. Perhatikan perbedaan tanggal, nama pembayar. Prosedur ini dilakukan dalam rangka mendeteksi kemungkinan terjadinya lapping. Dalam
lappin, pembayaran dari debitur tertentu dibukukan dalam rekening debitur lainnya seolah-olah salah pembukuan untuk menutupi kecurangan yang telah dilakukan.Persediaan - Teliti secara detail catatan-catatan persediaan berkaitan dengan hal-hal berikut ini :
Produk yang mempunyai perputaran (turnover) paling tinggi
Produk yang ada dalam persediaan, padahal tidak terdapat dalam persediaan tahun sebelumnya
Produk yang ada dalam persediaan tahun-tahun lalu, namun tidak tersedia tahun ini
Semua koreksi atas catatan persediaan yang disebsbkanadanya perbedaan pada saat dilakukan stock opname - Periksa jadual pelaksanaan stock opname tahun lalu dengan cara :
Meneliti setiap jenis barang dan kaitkan dengan kewajaran persediaan, perputaran dan ruang penyimpanan yang tersedia
Meneliti catatan kerja pengemudi perusahaan pada saat dilakukan inventarisasi
Meneliti apakah terdapat pembayaran biaya pengangkutan untuk pihak ketiga pda saat inventarisasi
Verifikasi kebenaran barang dalam perjalanan - Analisis Hubungan
Teliti debitur yang volume pembeliannya menurun dibandingkan dengan tren normal, terutama yang disebabkan oleh pembatalan pesanan maupun retur penjualan
Teliti jumlah pembelian yang dilakukan oleh pedagang besar dan dibandingkan dengan jumlah kartu garansi yang dikembalikan oleh konsumen akhir.
Teliti rasio penerimaan terhadap penjualan kredit, piutang ragu-ragu terhadap penjualan.
Dapatkan anggaran biaya untuk setiap pusat biaya, dan lakukan penelitian atas biaya-biaya yang realisasinya masih dibawah 50% pada awal triwulan III namun mencapai lebih dari 90% mendekati akhir tahun.
2. Job Sensitivity Analysis (JSA) Setiap pekerjaan dalam suatu perusahaan memiliki berbagai peluang/kesempatan untuk terjadinya kecurangan. Hal ini tergantung dari beberapa factor seperti : akses, kemampuan, dan waktu yang tersedia untuk merencanakan dan melaksanakannya. Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job sensitivity analysis) ini didasarkan pada suatu asumsi, yakni bila seseorang/sekelompok karyawan bekerja pada posisi tertentu, peluang/tindakan negative (kecurangan) apa saja yang dapat dilakukan. Dengan kata lain, teknik ini merupakan analisis dengan risiko kecurangan dari sudut
“pelaku potensial”, sehingga penegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecurangan dapat dilakukan mesalnya dengan memperketat pengendalian intern pada posisi-posisi yang rawan kecurangan.
a. Metode Pendekatan 
Langkah awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasikan semua posisi pekerjaan di dalam perusahaan yang menjadi obyek pemeriksaan. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diamati dan dipelajari adalah ; - Struktur organisasi - Uraian tugas masing-masing pejabat yang ada dalam perusahaan - Manual akuntansi dan formulir-formulir yang digunakan - Pendelegasian wewenang Langkah berikutnya adalah menyiapkan analisis setiap pejabat. Simpulan yang diperoleh dari langkah ini harus dapat menunjukkan spesifikasi setiap pekerjaan dan mencatat perbedaan antara akses yang diperbolehkan dengan akses yang direncanakan. Sebagai contoh, petugas bagian pesanan penjualan tidak tidak diperkenankan memiliki akses terhadap catatan pembelian. Namun kita juga harus mempertimbangkan kondisi nyata dari ruangan yang tersedia dalam paerusahaan yang bersangkutan, artinya apabila ruangan petugas bagian penjualan bersama-sama dengan karyawan bagian pembelian, adalah suatu hal yang tidak realistis menganggap petugas penjualan tersebut tidak mungkin membaca, merubah, atau menyembunyikan catatan.
b. Pengawasan Rutin 
Suatu hal yang mudah bagi pelaku kejahatan dalm suatu perusahaan untuk beroperasi, bila mana manajer sibuk dengan tanggung jawab lain. Dalam melakukan pengendalian juga harus diperhatikan hal-hal seperti bawahan lebih pandai dari atasannya, atau bila atasan memiliki bawahan yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda.
c. Karakter Pribadi 
Karakter pribadi karyawan harus dipertimbangkan. Hal-hal yang harus diperhatikan seperti : - Kekayaan yang tidak bisa dijelaskan - Pola hidup mewah - Pegawai yang sering merasa kecewa/tidak puas atas keputusan manajemen/tidak naik naik pangkat - Sifat egois dari karyawan (mementingkan diri sendiri) - Karyawan yang sering mengabaikan instruksi/prosedur - Karyawan yang merasa dianggap paling penting
d. Tindak Lanjut 
Hasil analisis akan memberikan gambaran tentang jenis pekerjaan mana yang mengandung risiko tinggi dan metode fraud yang bagaimana yang sebaiknya diterapkan. Pengujian secara detail harus dilakukan guna menentukan apakah kesempatan yang ada telah digunakan.



Posted By : Kantor Akuntan Publik Kuncara
KKSP Jakarta

2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN AKUNTANSI FORENSIK DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Venti Eka Satya* 1 . Pendahuluan Istilah akuntansi forensik mulai dikenal luas di Indonesia sejak terjadinya krisis keuangan tahun 1997. Krisis yang semakin memburuk telah memaksa pemerintah untuk melakukan pinjaman pada IMF dan World Bank. Untuk memperoleh pinjaman, kedua lembaga tersebut mengharuskan dilaksanakannya Agreed-Upon Due Dilligence Process (ADDP) yang dilakukan oleh akuntan asing dan beberapa akuntan Indonesia.                 Temuan awal ADDP ini menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap dunia usaha . Sampel ADDP di enam bank menunjukkan perbankan melakukan overstatement di sisi aset ( assets ) dan understatement di sisi kewajiban ( liabilities ), (lihat Tabel 1.). [1] Tabel 1. Perbandingan Asset dan Liability LK (Laporan Keuangan) Bank dengan Temuan ADDP No. Nama Bank Aset per 30 April 1998 Kewajiban per 30 April 1998 Bank ADDP Over Statemen
KASUS AUDIT INVESTIGATIF Kasus Hambalang Andika Hamam Arifin Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) di Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat, menuai kontroversial. Dalam audit BPK, ditulis bahwa proyek bernilai Rp1,2 triliun ini berawal saat Direktorat Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan Nasional hendak membangun Pusat Pendidikan Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional (National Training Camp Sport Center). Kemudian, pada tahun 2004 dibentuklah tim verifikasi yang bertugas mencari lahan yang representatif untuk menggolkan rencana tersebut. Hasil tim verifikasi ini menjadi bahan Rapim Ditjen Olahraga Depdiknas untuk memilih lokasi yang dianggap paling cocok bagi pembangunan pusat olahraga tersebut. Tim verifikasi mensurvei lima lokasi yang dinilai layak untuk membangun pusat olahraga itu. Yakni di Karawang, Hambalang, Cariu, Cibinong, dan Cikarang. Tim akhirnya memberikan penilaian tertinggi pada lokasi desa Hambalang, Citeureup
DILEMA ETIKA SEORANG AUDITOR Dilema etika merupakan suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya.  Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karir bisnis mereka. Melakukan kontak dengan seorang klien yang mengancam akan mencari seorang auditor baru kecuali jika auditor itu bersedia untuk menerbitkan sutu pendapat wajar tanpa syarat, akan mewakili suatu dilema etika yang serius terutama jika pendapat wajar tanpa syarat bukanlah pendapat yang tepat untuk diterbitkan. Memutuskan apakah akan berkonfrontasi dengan seorang atasan yang telah menyatakan nilai pendapatan departemennya secara material lebih besar daripada nilai yang sebenarnya agar dapat menerima bonus lebih besar merupakan suatu dilema etika yang sulit. Tetap menjadi bagian manajemen sebuah perusahaan yang selalu mengusik dan memperlakukan para pegawainya dengan tidak layak atau melayani